Bismillah.
Seorang muslim tidak hanya memperhatikan keadaan dirinya. Akan tetapi dia juga punya perhatian terhadap keadaan manusia di sekitarnya.
Hal ini bisa kita lihat dalam hadits berikut ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman terdiri dari tujuh puluh lebih cabang. Yang paling tinggi adalah ucapan laa ilaha illallah, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal ini juga bisa kita lihat dalam hadits yang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia memuliakan tetangganya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang mukmin pun mencintai kebaikan bagi sesama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai dia mencintai bagi saudaranya apa-apa yang dia cintai bagi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan yang lebih utama dari itu semua, seorang muslim pun mengajak manusia untuk mewujudkan tujuan hidupnya. Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Inilah jalanku; aku menyeru menuju Allah di atas bashirah/hujjah yang nyata. Inilah jalanku dan orang-orang yang mengikutiku…” (Yusuf : 108)
Saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Mengajak manusia untuk menegakkan perkara yang ma’ruf dan meninggalkan kemungkaran. Mengajak manusia untuk bertauhid dan menjauhi syirik. Karena hal itu merupakan kewajiban terbesar atas manusia. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian; Yang menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 21)
Oleh sebab itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu tatkala mengutusnya ke Yaman untuk berdakwah dan memperbaiki keadaan masyarakat, “Hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari)
Sehingga perhatian seorang muslim kepada manusia bukan saja dalam perkara urusan dunia, bahkan dalam mewujudkan kebaikan dunia dan akhirat. Tidakkah kita ingat apa yang dilantunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika merasakan perjuangan untuk membela agama Allah ini yang harus meneteskan keringat dan memakan waktu dan pengorbanan, “Ya Allah, Tidak ada kehidupan sejati kecuali kehidupan akhirat.” (HR. Bukhari dan Muslim)